PRAKIRAAN
AWAL MUSIM KEMARAU DAN HUJAN TAHUN
2015/2016 DI WILAYAH TANGERANG DENGAN METODE ARIMA
Drs. Udin Nasikhudin, M.M
Drs. Udin Nasikhudin, M.M
Bidang Data dan Informasi Bawil 2 Ciputat
ABSTRAK
Indonesia
terletak diantara benua Asia dan Australia, serta dilintasi garis khatulistiwa.
Hal ini membuat Indonesia selalu disinari matahari sepanjang tahun, dan terjadi dua kali
pergantian musim yaitu musim kemarau dan musim hujan. Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) sebagai
institusi pemerintah menyediakan informasi cuaca. Salah satu bentuk pelayanan
kepada masyarakat yaitu memberikan prakiraan awal musim.
Berikut ini akan disajikan hasil prakiraan awal musim kemarau
dan prakiraan awal musim hujan dengan metode ARIMA pada wilayah Tangerang.
Adapun software yang digunakan adalah Minitab 16, dengan hasil perhitungan di
dapatkan prakiraan awal musim kemarau tahun 2015 terjadi pada bulan Mei dasarian ke 3 dan
awal musim hujan terjadi pada bulan Nopember dasarian 3.
1.
Pendahuluan
Dalam
peramalan deret berkala (time series forecasting) pada dasarnya adalah
meramal nilai suatu data xt+1, xt+2, … dan seterusnya
berdasarkan pada data xt, xt-1, xt-2, … dan
seterusnya. Tujuannya yaitu untuk mengamati atau memodelkan data series
yang telah ada sehingga memungkinkan data yang akan datang yang belum diketahui
bisa diprediksi. Contoh dari data series mencakup data series di
bidang meteorologi (yaitu suhu udara, tekanan udara, angin, kelembaban udara, curah hujan dan lain-lain.
Dalam berbagai
literatur, banyak cara yang digunakan untuk melakukan peramalan time series.
Metode time series yang tradisional berdasarkan pada konsep probabilita
statistik. Sedangkan dalam metode yang lebih mutakhir yaitu menggunakan konsep
neural networks. Neural networks dan metode tradisional sering dibandingkan
dalam studi. Sharda dan Patil dengan menggunakan kasus M-competition
sebagai pengujian menemukan bahwa hasil dari neural networks sama baiknya
dengan prosedur Automatic Box-Jenkins. Ansuj et al. , Kohzadi et al. , Chin dan
Arthur , Hill et al. dan Caire et al.
Filosofi
mendasar dari metode ini adalah ide bahwa nilai suatu variabel pada saat ini
dapat dinyatakan oleh nilai dari variabel yang sama pada masa lalu, hubungannya
dapat dijelaskan melalui suatu persamaan. Model ARIMA ini secara teori
merupakan bentuk paling umum dari model peramalan time series yang bisa
di stasionerkan melalui suatu transformasi seperti differencing dan logging.ARIMA
sendiri merupakan singkatan dari Auto-Regressive Integrated Moving Average.
Lag
dari data terdifference yang muncul dalam persamaan peramalan disebut auto-regressive
dan lag dari error peramalan disebut moving average, sedangkan suatu
time series yang perlu di-difference-kan untuk menjadikannya
stasioner disebut versi “integrated” dari suatu deret data yang
stasioner.
Secara umum ARIMA dinotasikan
sebagai ARIMA (p,d,q) dimana p, d, dan q secara berurut menyatakan orde dari
auto-regression, integration (differencing), dan moving average. Sedangkan
untuk model ARIMA dengan data musiman (SARIMA) dinyatakan dengan notasi ARIMA
(p, d, q) (P, D, Q)s, dimana s menyatakan periode musiman.
Dalam
kaitannya dengan pelayanan masyarakat, Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG)
sebagai institusi penyedia informasi prakiraan telah mengembangkan beberapa
model diantaranya model ARIMA, Regresi, Probabilitas dan beberapa model yang
masih dalam penelitian diantaranya metode Anfis, Wavelet, Neural Network, dan
lain-lain.
Berikut
ini akan disajikan hasil dari prakiraan awal musim kemarau dan hasil prakiraan
awal musim hujan tahun 2015/2016 dengan metode ARIMA pada wilayah Tangerang.
Adapun software yang digunakan dalam penyajian adalah software minitab 16.
Adapun tujuan pembuatan
makalah ini adalah untuk mengaplikasikan model ARIMA dalam menentukan prakiraan
awal musim kemarau dan hujan tahun2015/2016
di wilayah Tangerang.
2.
Data dan
Metode
Data yang
digunakan adalah curah hujan dasarian di Stasion Geofisika Tangerang tahun 1983-2014.
dengan model peramalan yang berbasis analisis time series yaitu model ARIMA.
Model ARIMA (Autoregressive Integreted
Moving Average) atau yang biasa ditulis model ARIMA (p,d,q) merupakan model
yang dibangun berdasarkan proses Autoregresif
(Autoregressive, AR) berorde p dan proses rata-rata bergerak (Moving Average, MA) berorde q yang mengalami pembedaan (differencing) sebanyak
d kali. Adapun yang dimaksud awal musim kemarau yaitu apabila dalam hasil prakiraan didapatkan jumlah curah hujan dasarian < 50 mm yang diikuti dasarian berikutnya, sedangkan awal musim hujan yaitu apabila jumlah curah hujan dasarian > 50 mm dan diikuti dengan dasarian berikutnya.
3.
Pembahasan
dan Hasil
Data curah
hujan dasarian tahun 1983 – 2014 dibuat menjadi runtun waktu dalam bentuk vertikal kemudian
dijadikan input kedalam motode Arima dengan tahap-tahap
sebagai berikut :
a.
Masukkan
data ke dalam worksheet minitab secara vertikal.
b.
Plot
data dengan mengklik menu Stat→Time
Series→Time Series Plot ...
Akantampil gambar seperti berikut:
Pilih
Simple→OK. Selanjutnya akan tampil
gambar sebagai berikut:
Isi Series dengan
Data Curah Hujan kemudian klik OK. Akan muncul gambar seperti berikut
c. Karena datanya tidak stasioner maka dilakukan differencing. Dengan
mengklik Stat→Time
Series→Differences ... akan muncul tampilan sebagai berikut..
Series→Differences ... akan muncul tampilan sebagai berikut..
Series diising dengan data curah
hujan, store differences indiisi dengan C2 (hasil differencing akan
disimpan di C2) dan lag diisi dengan 1 yang artinya akan didifferencing satu kali.
disimpan di C2) dan lag diisi dengan 1 yang artinya akan didifferencing satu kali.
d. Lakukan langkah 2 untuk melihat data sudah stasioner atau belum. Dibagian
series diganti dengan C2
(data yang sudah didifferencing). Kemudian akan muncul gambar seperti berikut :
(data yang sudah didifferencing). Kemudian akan muncul gambar seperti berikut :
Karena data sudah terlihat stasioner
secara rata-rata dan varians, maka dapat dilakukan langkah
berikutnya.
berikutnya.
e. Selanjutnya akan dilihat ACF (Autocorrelation Function) dan PACF
(Partial Autocorrelation
Function).Untuk melihat ACF Klik Stat→Time Series→Autocorrelation ... dan untuk melihat PACF
klik Stat→Time Series→Partial Autocorrelation ... dengan series diisi dengan C2 (data yang sudah
stasioner) kemudian akan muncul gambar
Function).Untuk melihat ACF Klik Stat→Time Series→Autocorrelation ... dan untuk melihat PACF
klik Stat→Time Series→Partial Autocorrelation ... dengan series diisi dengan C2 (data yang sudah
stasioner) kemudian akan muncul gambar
Dilihat dari gambar ACF berbentuk cuts
off di lag 1 dan PACF berbentuk dies down, maka dapat
disimpulkan model data tersebut adalah MA (1). Karena data didifferencing satu kali maka model ARIMA
(P,D,Q) adalah ARIMA (0,1,1).
disimpulkan model data tersebut adalah MA (1). Karena data didifferencing satu kali maka model ARIMA
(P,D,Q) adalah ARIMA (0,1,1).
f. Selanjutnya akan dilihat uji kecocokan model dengan
melihat Chi-Square yaitu klik
Stat→Time Series→ARIMA→ isi series dengan C1→ beri ceklis pada Fit seasional model →isi Period dengan 36 (karena data dalam satu tahun terdiri dari 36 data) →pada kolom
seasional Autoregresive diisi dengan 0, Difference 1 dan Moving Average 1→OK. Lihat nilai
Chi-Square pada output. Bisa juga dengan menggunakan kriteria Tolak H0 , jika P-Value < alfa (0,05) .
Stat→Time Series→ARIMA→ isi series dengan C1→ beri ceklis pada Fit seasional model →isi Period dengan 36 (karena data dalam satu tahun terdiri dari 36 data) →pada kolom
seasional Autoregresive diisi dengan 0, Difference 1 dan Moving Average 1→OK. Lihat nilai
Chi-Square pada output. Bisa juga dengan menggunakan kriteria Tolak H0 , jika P-Value < alfa (0,05) .
Modified Box-Pierce (Ljung-Box) Chi-Square statistic
Lag 12 24
36 48
Chi-Square 13.8 21.4
45.9 75.8
DF 10 22
34 46
P-Value 0.181 0.495
0.083 0.004
g. Setelah diperoleh model yang
paling memadai untuk data runtun waktu curah hujan
dasarian, kita dapat menentukan ramalan beberapa langkah kedepan dengan cara: klik
Stat→Time Series→ARIMA ...
dasarian, kita dapat menentukan ramalan beberapa langkah kedepan dengan cara: klik
Stat→Time Series→ARIMA ...
Series diisi dengan data curah hujan,
karena datanya berbentuk musiman maka beri ceklis pada Fit
seasonal model dan period diisi dengan 36 karena dalam satu tahun terdiri dari 36 data. Kemudian
Difference diisi dengan 1 dan Moving Average diisi dengan 1. Selanjutnya klik Forecasts ...
seasonal model dan period diisi dengan 36 karena dalam satu tahun terdiri dari 36 data. Kemudian
Difference diisi dengan 1 dan Moving Average diisi dengan 1. Selanjutnya klik Forecasts ...
Karena kita akan meramal untuk satu
tahun selanjutnya maka pada bagian Lead diisi dengan 36 dan
Storage Forecast diisi dengan C3 untuk menyimpan data hasil peramalan. Kemudian akan keluar hasil
peramalannya seperti berikut :
Storage Forecast diisi dengan C3 untuk menyimpan data hasil peramalan. Kemudian akan keluar hasil
peramalannya seperti berikut :
Hasil pengolahan data curah hujan dasarian Stasion Geofisika
Tangerang menggunakan metode Arima Minitab 16 diperoleh prakiraan curah hujan
dasarian tahun 2015 dapat dilihat lebih jelas sebagai berikut :
Dasarian
|
Hasil Prakiraan
|
||
January
|
1
|
85.09
|
|
2
|
130.23
|
||
3
|
140.19
|
||
February
|
1
|
156.16
|
|
2
|
116.50
|
||
3
|
89.08
|
||
March
|
1
|
67.70
|
|
2
|
63.72
|
||
3
|
70.33
|
||
April
|
1
|
62.31
|
|
2
|
47.54
|
||
3
|
52.32
|
||
May
|
1
|
49.42
|
|
2
|
52.83
|
||
3
|
28.41
|
||
June
|
1
|
39.93
|
|
2
|
28.87
|
||
3
|
20.36
|
||
July
|
1
|
27.29
|
|
2
|
32.32
|
||
3
|
20.07
|
||
August
|
1
|
14.15
|
|
2
|
22.57
|
||
3
|
23.31
|
||
September
|
1
|
18.95
|
|
2
|
15.89
|
||
3
|
23.62
|
||
October
|
1
|
29.06
|
|
2
|
23.54
|
||
3
|
46.31
|
||
November
|
1
|
43.46
|
|
2
|
45.52
|
||
3
|
52.67
|
||
December
|
1
|
47.12
|
|
2
|
61.68
|
||
3
|
88.91
|
4.
Kesimpulan
Dari hasil
prakiraan awal musim menggunakan metode Arima Minitab
16, dapat
disimpulkan bahwa jumlah curah hujan dasarian < 50 mm dan diikuti dasarian berikutnya terjadi pada bulan Mei dasarian ke 3 (dasarian 15) hal ini menandakan terjadinya awal musim kemarau pada tahun 2015 dan berakhir pada bulan Nopember dasarian ke 2 (dasarian 32)
sedangkan awal musim hujan dimulai pada bulan Nopember dasarian ke 3 (dasarian 33) ini terlihat jumlah curah hujan dasarian yang > 50 mm dimulai pada saat itu dan berakhir pada bulan Mei dasarian ke 2 tahun 2016.
5. Daftar Pustaka
Box, G.E.P.
& G.M. Jenkins. 1976. Time Series Analysis.Forecasting and
Control. Holden Day, Inc, San Fransisco.
forecasting-dengan-seasonal-time-series-arima-dan-feed-forward-
neural-network/
Nurmayati,
Tri. Eko Isyanto, Santoso, & Urip Haryoko. 2008. Verifikasi dan
validasi
model ARIMA, REGRESI, MARIMA, ANFIS, dan VALVET untuk prakiraan hujan bulanan
di wilayah Banten dan DKI Jakarta. BMKG.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar